Minggu, 06 November 2011

Hedonisme Selebriti Indonesia



Judul : Membongkar Aib Seks Bebas dan Hedonisme Kaum Selebriti, Pilihan jalan : Meluna atau Merieke
Penulis : Nurani Soyomukti
Penerbit : Nuansa Cendikia, Bandung
Tahun : I,  2010
Tebal : 283 halaman

Gaya hidup kaum selebritis mengarah pada berjuta kemungkinan. Dalam dunia kaum selebriti Indonesia yang hidup glamourisme ibu kota, paling tidak ada dua tipologi.

Pertama, artis-selebritis yang hidup dalam jemaat dugem. Selebritis merayakan seks bebas (sex for fun), kawin-cerai, cekcok rumah tangga, pecandu narkoba, pesta gaya hidup dan perayaan eksistensi diri semata. Di antara artis yang hidup dengan tipologi ini adalah Luna Maya, Ayu Azhari, Zarah Azhari, Shopia Latjuba, dan lainnya.

Kedua, artis-selebritis yang menggembirakan bagi kemanusiaan. Tipologi humanisasi insan selebritis ini merupakan sebuah interaksi para penghibur dengan para aktivis kemanusiaan. Hal ini mampu melahirkan gejala solidaritas kaum selebritis. Para artis yang hidup dengan tipologi ini diantaranya Rieke Diah Pitaloka, Wanda Hamidah, Nurul Arifin dan lainnya.

Dua tipologi ini terekam dalam buku “Membongkar Aib Seks Bebas dan Hedonisme Kaum Selebriti” garapan mantan artis Nurani Sayomukti ini. Dengan sedikit pengalaman pribadi yang dituangkan, Nurani mampu menghadirkan kajian penting tentang lika-liku hedonisme kaum selebriti tanah air. Nurani membagi dua tipologi selebriti Indonesia pada dua jalan. Tipologi pertama adalah Meluna dengan makna tersirat akan gaya hedonisme seorang Luna Maya dan tipologi kedua adalah Merieke dengan gaya hidup humanisme selebriti laiknya seorang Rieke Diah Pitaloka. Buku ini lebih banyak menguak akan tipologi artis yang Meluna.

Tak usah heran dengan tayangan skandal video mesum mirip Cut Tari, Luna Maya dan Ariel Peterpan. Liberalisme seksual di kalangan artis-selebriti adalah sesuatu yang terjadi berulang. Kasus yang sama pernah menimpa Zarah Azhari, Ayu Azhari, Sophia Latjuba dan lain-lain yang telah dianggap produksi yang sah dan inovatif. Budaya adiluhung bergeser dari high culture menjadi mass culture.
Selebritis adalah kelas sosial istimewa, baik secara ekonomi maupun kultural. Memiliki kedekatan dengan penguasa, bahkan dengan pengendali negara. Karena kedekatan inilah, mereka kian mendapat akses untuk tampil di panggung hiburan, mendapatkan publikasi keberadaannya.

Namun dibalik itu—menurut Nurani—para artis-selebritis Indonesia sangatlah bodoh. Hidup mereka tidak mempunyai prinsip, mudah terombang-ambing. Apalagi kalau cantik laiknya Luna Maya. Sudah bisa dipastikan banyak yang mendekati, menggoda, menawari dengan konsesi-konsesi, harta dan kesenangan. Dari banyaknya yang menggoda, menjadikan hidup mereka tidak stabil. Ketidakstabilan inilah pada akhirnya memuncak pada free-will yang mengarah pada jiwa chaos, liberalisme tingkah laku. Moral hanya menjadi bahan ketawaan. Hubungan tanpa komitmen, nafsu, glamour dan have fun. (hal. 39)

Kiblat Kaum Selebriti

Kelas selebritis tidak berdiri sendiri dalam relasi kelas fundamental (kapitalis-buruh). Posisi dan perannya sebagai kelas fundamental—entah disebut borjuis kecil atau lumpen borjuis—tetap menjalankan kapitalisme penindasan kesetaraan manusia. Kapitalisme dewasa ini didukung oleh media mampu menstimulasi kebutuhan semu (false need) dan menutupi kebutuhan riil (real needs). Kebutuhan, tujuan, cita-rasa, ideologi massa masyarakat dibawah hegemoni kapitalisme sekan mampu menciptakan individu-individu—yang disebut Herbert Marcuse—manusia satu dimensi (one dimensioanal man).

Maka tidak heran jika pelembagaan kultur liberal disandarkan pada liberalisasi seks. Dorongan seks dan kebutuhan instinktual disalurkan pada bentuk yang tak pernah terpuaskan. Ini diperkuat dengan refrensi budaya artis-selebritis Indonesia yang selalu meniru gaya hidup selebritis barat (Hollywood). Merekalah yang membawa budaya dan gaya hidup borjuis global ke Indonesia. Akhirnya, para artis menawarkan pada masyarakat suatu bentuk pelepasan dan ekspresi yang bisa diisi dan dikontrol dengan sistem kapitalisme. (hlm. 75)  

Di zaman kapitalisme dewasa ini, buku ini mampu membaca masyarakat Indonesia dengan suatu studi yang beranggapan bahwa masyarakat tengah mengalami estetisasi kehidupan akibat gaya hidup snobisme yang dipertontonkan para artis-selebritis, mode-mode yang meledak, selera eksklusif, menciptakan pilar masyarakat kapitalis-neoliberal, liberalisme dan invidualisme.

Semua itu adalah sumber utama eksploitatif yang dilakukan para artis-selebritis ditanah air. Mereka telah menjadi pembentuk ucapan, kosa-kata, tindakan, cara berfikir dan kegemaran. Segala refrensi kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi dalam ruang kapitalisme yang dibimbing oleh para selebritis.

Hal ini yang sangat mengkhawatirkan bagi generasi-generasi muda yang kepalang menjadikan para artis sosok nabi, guru dan idola. Alhasil, pada akhir buku ini, Nurani memberikan langkah preventif bahwa perjuangan keras harus datang dari diri kita, orangtua, tokoh masyarakat, pimpinan komunitas, aktivis sosial dan budaya untuk menyelamatkan kaum muda jatuh dalam kubangan budaya lumpur hedonisme kaum selebritis.


sumber

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Casinos in Canada 2021-2022 - GoOmans
Casinos in Canada 2021-2022 · Casinos at Casinos in Canada. Learn poormansguidetocasinogambling about 출장안마 online หารายได้เสริม casinos in Canada, including casino list for 2021. 바카라 사이트

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Agung Nugroho | Bloggerized by Beyuk - Premium Blogger Themes | Holigans