Kamis, 03 November 2011

Korban Perkosaan Libia Bangun Masa Depan

Di tengah kerumunan orang, seorang perempuan tiba-tiba menangis keras. Dia tidak mau cerita mengapa dia menangis. Terburu-buru dia lari keluar gedung. Salah satu mahasiswa penyelenggara pertemuan, mengikuti dia dan berhasil memberhentikannya. "Ada apa dengan kamu?"
Setelah berdiam sejenak, si perempuan berkata: "Saya juga diperkosa laki-laki pendukung Gaddafi. Tapi suami saya tidak boleh tahu."
Masa depan
Mahasiswa organisasi Bunat Emostakbal (Membangun Masa Depan) menyelenggarakan serangkaian pertemuan yang dinamakan "Perkosaan: kejahatan perang". Pelbagai pakar hadir, termasuk psikolog dan gineakolog, tapi juga seorang imam serta banyak sanak keluarga gadis dan perempuan korban perkosaan.
Pertemuan juga didatangi perempuan korban perkosaan sendiri. Mereka duduk diam-diam di ruangan, tanpa ada yang tahu siapa sebenarnya mereka.
Ocampo
Luis Moreno Ocampo, jaksa penuntut umum Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda, akan menyelidiki tindak kejahatan yang kabarnya dilakukan semasa perang di Libia. Tim pengacaranya akan memberikan perhatian khusus kepada korban perkosaan.
Rabu (02/11) Moreno Ocampo menjelaskan kepada Dewan Keamanan PBB, tim pengacaranya akan menyelidiki kejahatan yang dilakukan semua pihak bertikai: baik tentara pimpinan mendiang Muammar Gaddafi, maupun para pemberontak serta pasukan NATO.
Hingga sekarang tidak dapat dibuktikan para pemberontak bersalah atas kasus perkosaan.
Sudah berbulan-bulan beredar kabar, militer Libia memperkosa perempuan dan gadis secara besar-besaran. Terutama di Misrata, perkosaan (oleh sekelompok laki-laki) sengaja dilakukan sebagai alat perang. Tidak banyak diketahui tentang skala kejadian.
Ribuan
Psikolog Libia, Seham Serguewa kepada Radio Nederland menceritakan sedikitnya delapan ribu gadis dan perempuan diperkosa pasukan Gaddafi. Serguewa saat ini membimbing 480 korban. Yang lainnya bunuh diri karena tidak mampu hidup dalam penghinaan ini, atau mereka mengungsi ke negara tetangga seperti Mesir atau Tunisia.
Satu per satu cerita-cerita pedih mulai terungkap. Serguewa menceritakan kisah beberapa perempuan yang diculik pasukan Gaddafi. Selama empat hari lamanya mereka, dalam keadaan telanjang, ditahan di kontainer. Pada malam hari, militer mengambil perempuan ini untuk memperkosa mereka. Habis itu mereka dimasukkan kembali ke dalam kontainer.

Pengawal

Serguewa juga menangani lima perempuan, pengawal Gaddafi. Sudah umum diketahui pemimpin Libia mempunyai pengawal perempuan. Yang belum diketahui adalah bahwa pengawal perempuan ini secara sistematis diperkosa Gaddafi. Jika pemimpin Libia sudah bosan, ia memberikan mereka kepada pasukannya sebagai hadiah.
Serguewa sangat membutuhkan uang untuk memberi pasiennya perawatan lebih baik. Diperlukan tempat penampungan untuk perempuan korban perkosaan. Ia juga meminta bantuan kepada Dewan Transisi Nasional, namun gagal.
Terbuka
Pertemuan organisasi Membangun Masa Depan memang mengarah ke masa depan. Mereka tidak berusaha mencari tahu siapa orang-orang yang bersalah, melainkan ingin membantu perempuan korban perkosaan untuk berintegrasi dalam masyarakat Libia.
Media internasional seringkali menyorot soal perkosaan yang dianggap tabu di Libia, karena negeri tersebut konservatif.
Pada skala tertentu itu memang benar. Dan itu juga menjadi alasan mengapa perempuan yang tidak berani mengungkapkan apa yang terjadi, menghadiri pertemuan. Gadis yang diperkosa, bisa dikucilkan oleh keluarga.
Pihak penyelenggara berharap masyarakat suatu saat akan bisa berubah, sehingga gadis, walaupun dia adalah korban perkosaan, toh dianggap calon pengantin yang baik.
Dalam salah satu pertemuan, seorang imam menenangkan seorang perempuan ia tidak perlu berbicara kepada suami bahwa dirinya diperkosa. Suaminya tidak akan menerima hal itu, kata imam. Ia meyakinkan si perempuan dia sendiri tidak berbuat salah.
Terbuka
Perkosaan sebagai senjata perang tidak hanya terjadi hanya di Libia saja, namun juga terjadi di banyak negara lain.
Di kebanyakan negara, topik ini sulit dibahas, baik bagi korban maupun pelaku. Di negara konservatif Libia, organisasi Membangun Masa Depan mencapai sesuatu yang luar biasa: mereka berhasil, secara terbuka, menjadikan 'perkosaan' sebagai topik pembicaraan.(sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Agung Nugroho | Bloggerized by Beyuk - Premium Blogger Themes | Holigans