Jumat, 04 November 2011

Kampanye Komodo Kenapa Dikontroversikan














COBA 
buka website berkaitan dengan New 7 Wonders, maka kita akan menemukan gerakan masyarakat internasional yang mempromosikan hal-hal yang paling menarik di muka Bumi ini. Mereka mengajak seluruh masyarakat dunia untuk ikut menentukan apa yang menurut mereka paling menarik di dunia ini.

Banyak variasi yang memang dibuat oleh menentukan hal yang paling menarik itu. Sebelumnya dilakukan penentuan untuk tujuh keajaiban dunia berkaitan dengan segala hal yang pernah dibuat manusia.

Kita tahu kemudian bahwa Candi Borobudur ternyata tidak masuk dalam tujuh keajaiban dunia untuk kategori bangunan buatan manusia. Yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia antara lain Taj Mahal (India), Tembok Raksasa (China), Colloseum (Italia).

Sekarang organisasi yang sama mengajak masyarakat dunia untuk menentukan tujuh keajaiban dunia untuk kategori alam. Ada 28 lokasi yang berkaitan dengan alam yang terbuka untuk dipilih dan itu terbentang mulai dari Amazon di Amerika Selatan sampai Gunung Datar yang ada di Afrika Selatan.

Indonesia masuk menjadi salah satu nominasi. Pulau Komodo dianggap sebagai salah satu dari 28 lokasi yang unik dan pantas dikelompokkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia untuk alam.

Apa manfaat dari pemilihan New 7 Wonders ini? Jujur yang kita harapkan adalah promosi. Sebagai salah satu keajaiban dunia, pasti banyak orang ingin tahu dan mencoba mengunjunginya. Kalau Pulau Komodo terpilih sebagai salah satu keajaiban baru dunia, maka jumlah wisatawan di Nusa Tenggara Timur akan bisa meningkat.

Kalau kemudian kita pandai mengelolanya, maka bukan Pulau Komodo yang akan bisa memetik keuntungan. Indonesia secara keseluruhan akan terangkat. Kebangkitan kembali perekonomian Indonesia bukan hanya sekadar diketahui melalui informasi media massa, tetapi orang akan bisa melihatnya sendiri.

Seeing is beleiving, itulah yang sebenarnya dampak lebih lanjut yang kita harapkan. Di tengah ketidakmampuan kita untuk mempromosikan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, keikutsertaan New 7 Wonders diharapkan bisa mendongkrak nama negara di mata masyarakat internasional.

Seperti ketika kita memperjuangkan Candi Borobudur, langkah untuk menjadi salah satu New 7 Wonders tidaklah mudah. Harus ada kampanye yang dilakukan secara sistematis dan tidak bisa kita taken for granted pasti akan menangnya.

Terbukti Candi Borobudur yang kita anggap sebagai karya yang spektakuler, ternyata gagal untuk menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Kita kalah untuk bisa meyakinkan masyarakat dunia bahwa apa yang kita miliki lebih spektakuler dibandingkan bangunan di belahan dunia yang lain.

Untuk itulah dibutuhkan adanya kebersamaan di antara kita bahwa apa yang kita miliki ini memang luar biasa. Kita harus bersatu padu untuk menyatakan kepada dunia luar bahwa apa yang kita miliki ini luar biasa.

Di sinilah persoalan yang kita lalu hadapi. Kampanye New 7 Wonders for Nature bukan dilakukan dengan solid, tetapi justru kita tercerai berai sendiri. Kita malah sibuk sendiri mempersoalkan penyelenggara pemilihan New 7 Wonders, bukan memikirkan bagaimana memenangi persaingan.

Anehnya, kelompok yang lebih banyak meributkan perjuangan pemenangan Pulau Komodo adalah para pejabat pemerintah sendiri. Pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Duta Besar Indonesia untuk Swiss yang begitu gencar mematahkan semangat dari masyarakat untuk memenangkan Pulau Komodo.

Kita tidak menutup mata bahwa ada hal yang pernah membuat patah arang para pejabat pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata oleh pihak penyelenggara. Ada persoalan berkaitan dengan anggaran yang membuat pihak Kementerian merasa tercoreng.

Namun di sisi lain kita tidak bisa menyangkal bahwa proses pemilihan New 7 Wonders for Nature tetap berjalan. Sekarang pilihannya kita tetap ikut dalam pemilihan dan berupaya untuk menang ataukah kita memutuskan untuk tidak ikut dalam pemilihan?

Tampaknya masyarakat berharap ada sesuatu yang membuat negara ini memiliki kebanggaan. Masyarakat mendambakan agar nama Indonesia berada dalam radar dunia sebagai sesuatu yang pantas untuk diketahui dan dilihat.

Antusiasme itulah yang harus ditangkap pemerintah. Inilah momentum yang seharusnya dipakai untuk membangun kebersamaan. Bukan malah sebaliknya pemerintah yang mematikan gelora yang sedang membara.

Bahwa harus ada koreksi terhadap cara pemberian dukungan, kita setuju. Sebab penentuan pemenang bukan didasarkan oleh dukungan melalui layanan pesan singkat, tetapi melalui pemberian dukungan lewat internet.

Kita akan sulit menang kalau kita masih ramai berdebat sendiri. Hentikan perdebatan yang tidak perlu dan konsentrasi untuk memenangkan Pulau Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia. Jangan lupa keputusan pemenang akan dilakukan 11 November 2011 atau hanya seminggu lagi dari sekarang. (sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Agung Nugroho | Bloggerized by Beyuk - Premium Blogger Themes | Holigans