Rabu, 02 November 2011

SuperGirlies Lebih Suka Live Dari Pada Harus Lipsync

BERASAL dari Bandung, SuperGirlies terbentuk pada 14 Februari 2011. Bongkar pasang anggota mewarnai perjalanan SuperGirlies yang sebelumnya bernama SuperGirly. Ada yang enggak cocok. Ada juga yang ogah-ogahan.
Sampai akhirnya girl band ini diawaki Opie Oktavia (20), Maya Riani Larasati (22), Restu Dewi Utami (21), Kinanti Mayrisa Kenanga (19), Sarah Farahdiba (18), Yuwi Dewi Hani Jayanty (20), dan Mega Selvia (20).
“Semua melalui seleksi internal. Syaratnya bisa menyanyi, dance, dan bisa menghibur. Selain itu yang paling utama, cocok dengan konsep kami. Yaitu remaja, ceria, dan full color. Kalau cocok, ya diambil. Nah, sejak masuk label dan karena kami bertujuh, nama kami yang tadinya Supergirly diganti jadi SuperGirlies,” cerita Kinan.
“Enggak ada yang satu sekolah. Apalagi kami beda-beda profesi. Ada yang dancer, model, dan penyanyi. Awalnya sulit menyatukan kami. Emosi dan ego kami gede. Alhamdulillah pelan-pelan kami mulai saling mengenal dan akhirnya bisa menyatu,” kata Restu. 
Berbeda dengan girl band lainnya yang bergaya K-Pop (Korea), untuk gaya, penampilan, dan warna musik SuperGirlies justru berkiblat ke J-Pop (Jepang). Saat manggung, mereka biasa memakai kostum ceria dengan beragam warna terang. Ada kuning, merah, ungu, biru, pink, dan hijau.
“Baju kami memang colorful biar terkesan remaja. No high heels! Lagi pula lagu kami, ‘Malu-Malu Mau’, juga ceria,” ungkap Yuwi. Konsep kostum berasal dari ide mereka sendiri. “Baju saja bikin dan desain sendiri. Kebetulan kami senang mode,” kata Ovie, finalis Mojang Jajaka 2007 dan finalis WMR Gadis 2006.
Laras menambahkan, “Ini bukan untuk menekan bujet. Kalau beli, kadang merasa enggak cocok. Apalagi susah juga mencari 7 warna yang beda tapi modelnya sama semua. Kebetulan ada yang endorse kami juga.”
Untuk koreografi, mereka dilatih oleh seorang mantan dancer Agnes Monica yang bernama Bayu. Dance yang mereka tampilkan banyak loncat-loncat dan atraktif. Katanya, biar terlihat ceria.
“Dance-nya juga lucu-lucuan, biar orang bisa mengikuti. Enggak kayak yang ada di video game,” kata Kinan. Kalau saat manggung, dance mereka kurang kompak atau malah terkesan asal-asalan. Itu lebih disebabkan kurangnya waktu latihan mereka.
“Belakangan, karena jadwal promo kami yang lumayan padat, kami kadang latihan, kadang enggak. Padahal sebelumnya bisa seminggu tiga kali. Ya, kalaupun lupa gerakan saat manggung, kami improvisasi saja,” terang Kinan.
Ternyata, menjadi artis sudah menjadi impian mereka. Setelah menjadi kenyataan dan dihadapkan dengan kesibukan yang superpadat, mereka berusaha menjalani tanpa mengeluh. “Dinikmati saja. Ini bagian dari risiko terjun ke dunia ini. Perjuangan kami untuk sampai ke sini dari nol,” kata Opie.
Saat ini, karena ingin fokus berkarier, SuperGirlies memilih tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Katanya, biar lebih gampang mengatur waktu. Namun, bukan hal mudah buat mereka mempertahankan eksistensi. Belum tentu tahun depan, girl band ngetren seperti tahun ini.
“Ya, kami berkarya saja, walaupun nanti sudah enggak musim lagi. Lihat pasar dulu. Yang pasti kami tetap menyanyi. Siapa tahu nanti kami jadi band, hehehe,” kata Kinan.
Banyaknya girl band tidak dianggap SuperGirlies sebagai saingan. “Buat kami, mereka inspirasi dan acuan kami untuk berkarya. Mereka punya massa sendiri. Kami juga. Terserah orang mau nilainya bagaimana?’” tambahnya. Ironisnya, mereka terjebak pada tren menyanyi lipsync di TV.
“Padahal enakan live, lho. Bikin kami lebih terlatih. Selain itu kalau live, bisa mengajak penonton menyanyi. Kalau lipsync, mati gaya, deh. Yang penting kami tidak pernah berhenti belajar,” ungkap SuperGirlies kompak.(sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Agung Nugroho | Bloggerized by Beyuk - Premium Blogger Themes | Holigans